Kamis, 08 Februari 2018

MENGENAL MAKNA DAN PENGERTIAN KAJENG KLIWON

MENGENAL MAKNA DAN PENGERTIAN KAJENG KLIWON
Hari yang perhitungannya jatuh pada,
Tri Wara        : Kajeng
Panca Wara : Kliwon
Diyakini Energi dalam alam semesta yang memiliki unsur dualitas satu sama lainnya. Energi alam semesta yang ada di Bhuwana Agung semuanya teralisasi dalam Bhuwana Alit atau tubuh manusia itu sendiri.

Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali,
dan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kajeng Kliwon Uwudan ( Kajeng Kliwon
setelah bulan purnama)
2. Kajeng Kliwon Enyitan (Kajeng Kliwon
setelah bulan mati)
3. Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung
Runtuh, yang datang setiap 6 bulan sekali)

Pada jaman dulu masyarakat Bali memiliki kepercayaan menetralisir suatu penyakit pada hari Kajeng Kliwon.
Maksudnya, penderita sakit menahun seperti ;
Koreng, Gondongan, Bisul, yang tidak sembuh-
sembuh.
Maka sakit itu bisa dibuang dengan cara menghaturkan segehan/blabaran di penataran agung atau di pertigaan agung, dilengkapi dengan banten yang sudah ditentukan.
Biasanya dipilih pada hari Kajeng Kliwon pamelastali (5 hari sebelum piodalan Sang Hyang Aji Saraswati), yang disebut Watugunung Runtuh.

MAKNA KAJENG KLIWON

Rahine Kajeng Kliwon diperingati sebagai hari turunnya para bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama begitu pula akan menilai manusia yang melaksanakan dharma.

Adapun hal-hal yang dilakukan umat,
– menghaturkan segehan mancawarna
– tetabuhan tuak/arak berem
– di Lebuh (pintu gerbang) dihaturkan canang
burat wangi dan canang yasa.
Semuanya itu dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Durgha Dewi.

Tiga tempat menghaturkan Segehan yaitu:
1. Halaman Sanggah atau Mrajan,
atau di depan pelinggih pengaruman,
dan ditujukan pada Sang Bhuta Bhucari.
2. Pekarangan rumah (halaman rumah)
tempat tinggal, ditujukan kepada Sang
Kala Bhucari.
3. Depan puntu gerbang pekarangan rumah
atau di luar puntu rumah yang terluar,
ditujukan kepada Sang Durgha Bhucari.

Maksud dan tujuan menghaturkan segehan
ini merupakan perwujudan bhakti dan sradha kita kepada Hyang Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) telah mengembalikan (somya) Sang Tiga Bhucari.
Artinya kita mengembalikan keseimbangan alam niskala dari alam bhuta menjadi alam dewa (penuh sinar).

Kesimpulannya adanya peringatan dan upacara pada hari kajeng kliwon ini, dengan harapan bahwa baik secara sekala maupun niskala dunia ataupun alam semesta ini tetap menjadi seimbang.

Semoga bisa dihayati,Rahayu Semeton

dibalik kesuksesan presiden termuda amerika serikat

Akhir pekan kemarin saya membaca kisah tentang Theodore Roosevelt. Anda mungkin sudah  tidak asing lagi dengan nama tersebut. Ya, betul T...