Perayaan Tahun Baru Saka atau Nyepi dirayakan setiap tahun oleh umat
Hindu di Indonesia dan di negara lainnya. Bagaimana sejarah atau awal
mula Tahun Saka dan Nyepi ?
Weda Sruti merupakan sumber dari segala sumber ajaran Hindu. Weda
Sruti berasal dari Hyang Maha Suci/Tuhan Yang Maha Esa (divine origin).
Mantra Weda Sruti tidak dapat dipelajari oleh sembarang orang.
Mantra-mantranya ada yang bersifat pratyaksa (yang membahas obyek
yang dapat diindra langsung oleh manusia), ada yang bersifat adhyatmika,
membahas aspek kejiwaan yang suci (atma) dan ada yang bersifat paroksa,
yaitu yang membahas aspek yang tidak dapat diketahui setelah disabdakan
maknanya oleh Tuhan.
Tingkatan isi Weda yang demikian itu menyebabkan Maharesi Hindu
membuat buku-buku untuk menyebarkan isi Weda Sruti agar mudah dicerna
dan dipahami oleh setiap orang yang hendak mempelajarinya.
Kitab yang merupakan penjabaran Weda Sruti ini adalah Upaveda,
Vedangga, Itihasa dan Purana. Semua kitab ini tergolong tafsir (human
origin).
Salah satu unsur dari kelompok kitab Vedangga adalah Jyotesha. Kitab
ini disusun kira-kira 12.000 tahun sebelum masehi yang merupakan periode
modern Astronomi Hindu (India).
Dalam periode ini dibahas dalam lima kitab yang lebih sistimatis dan
ilmiah yang disebut kitab Panca Siddhanta yaitu: Surya Siddhanta,
Paitamaha Siddhanta, Wasista Siddhanta, Paulisa Siddhanta dan Romaka
Siddhanta.
Dari Penjelasan ringkas ini kita mendapat gambaran bahwa astronomi
Hindu sudah dikenal dalam kurun waktu yang cukup tua bahkan berkembang
serta mempengaruhi sistem astronomi Barat dan Timur.
Prof. Flunkett dalam bukunya Ancient Calenders and Constellations
(1903) menulis bahwa Rsi Garga memberikan pelajaran kepada orang-orang
Yunani tentang astronomi di abad pertama sebelum masehi.
Lahirnya Tahun Saka di India jelas merupakan perwujudan dari sistem
astronomi Hindu tersebut di atas. Eksistensi Tahun Saka di India
merupakan tonggak sejarah yang menutup permusuhan antar suku bangsa di
India.
Sebelum lahirnya Tahun Saka, suku bangsa di India dilanda permusuhan
yang berkepanjangan. Adapun suku-suku bangsa tersebut antara lain:
Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa dan Saka.
Suku-suku bangsa tersebut silih berganti naik tahta menundukkan
suku-suku yang lain. Suku bangsa Saka benar-benar bosan dengan keadaan
permusuhan itu.
Arah perjuangannya kemudian dialihkan, dari perjuangan politik dan
militer untuk merebut kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan
kesejahteraan. Karena perjuangannya itu cukup berhasil, maka suku Bangsa
Saka dan kebudayaannya benar-benar memasyarakat.
Tahun 125 SM dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi memegang tampuk
kekuasaan di India. Tampaknya, dinasti Kushana ini terketuk oleh
perubahan arah perjuangan suku bangsa Saka yang tidak lagi haus
kekuasaan itu.
Kekuasaan yang dipegangnya bukan dipakai untuk menghancurkan suku
bangsa lainnya, namun kekuasaan itu dipergunakan untuk merangkul semua
suku-suku bangsa yang ada di India dengan mengambil puncak-puncak
kebudayaan tiap-tiap suku menjadi kebudayaan kerajaan (negara).
Pada tahun 79 Masehi, Raja Kaniska I dari dinasti Kushana dan suku
bangsa Yuehchi mengangkat sistem kalender Saka menjadi kalender
kerajaan. Semenjak itu, bangkitlah toleransi antar suku bangsa di India
untuk bersatu padu membangun masyarakat sejahtera (Dharma Siddhi Yatra).
Akibat toleransi dan persatuan itu, sistem kalender Saka semakin berkembang mengikuti penyebaran agama Hindu.
Pada abad ke-4 Masehi agama Hindu telah berkembang di Indonesia
Sistem penanggalan Saka pun telah berkembang pula di Indonesia. Itu
dibawa oleh seorang pendeta bangsa Saka yang bergelar Aji Saka dari
Kshatrapa Gujarat (India) yang mendarat di Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah, pada tahun 456 Masehi.
Demikianlah awal mula perkembangan Tahun Saka di Indonesia. Pada
zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender
kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun
Saka diperingati dengan upacara keagamaan.
Di alun-alun Majapahit, berkumpu seluruh kepala desa, prajurit, para
sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas
dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat.
Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin
Negara Kertagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh VIII, XII, LXXXV,
LXXXVI - XCII.
Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi
berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala.
Hari Raya Nyepi ini dirayakan pada Sasih Kesanga setiap tahun.
Biasanya jatuh pada bulan Maret atau awal bulan April. Beberapa hari
sebelum Nyepi, diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan
sebelum upacara Tawur Kesanga.
Upacara Tawur Kesanga ini dilangsungkan pada tilem kesanga. Keesokan
harinya, pada tanggal apisan sasih kadasa dilaksanakan brata penyepian.
Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan kemudian umat melaksanakan Dharma Santi. [bbn/riset bbcom/parisadha]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dibalik kesuksesan presiden termuda amerika serikat
Akhir pekan kemarin saya membaca kisah tentang Theodore Roosevelt. Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Ya, betul T...
-
#1 Dasar Menggambar Perspektif Satu Titik Hilang Perspektif ini adalah metode menggambar yang digunakan untuk dasar menggambar arsite...
-
Ulasan 10 Laptop Gaming Terbaik 1. MSI GT80S 6QD Titan SLI Seperti nama seri dari laptop gaming terbaik ini, MSI GT80S 6QD Titan SLI, ...
-
LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI Oleh: NIS ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar